BELOM TENTU
kita hidup dengan banyak pengandaian pengandaian yang dipercaya begitu saja. misalnya yooo.. orang yang beragama pasti di anggap orang baik. trusss orang yang ekonominya di atas rata- rata pasti pinter. karna dia mampu menempuh pendidikan di universitas atoo sekolah sekolah yang ternama yang menurut anggapan mereka pasti menghasilkan bibit bibit yang super JOZZ. tapi.. sebenernyaaa semua anggapan itu belom tentu benar ... ada baeknyaaa sebelom percaya gitu ajj sama pengandaian atoo anggapan anggapan seperti itu.. kita uji ajj kebenaran pengandaian ittuu. Di tahun 2012 ini, kayaknya kita perlu menggunakan paradigma “belum tentu”, sebelum salah sangka, atau malah tertipu.
yukk kita mulaii liad dari sisi Kekayaan seseorang
Orang kaya ituu belum tentu pintar. Buanyak juga loo orang kaya, gara gara dapet warisan.#yang ngerasa silakan ketwaaa. hohoho#
Bisa juga ia menang lotere, menang judi, menipu, atau korupsi, lalu menjadi kaya. jadiiii gada hubungan yang pasti antara kekayaan sama kecerdasan.tapi ironisnya niiihh Di Indonesia orang kaya seringkali dianggap orang cerdas.#ahh... sotoy lagi nihh.. heheheh. ehh tapi iyaaa loo :P.tapi terserah ssiii bole percaya bolee tidak :D#Pendapat-pendapat mereka didengarkan ituu bukan karena pendapat mereka benar, tapi gara gara yang bicara itu orang kaya. Bahkan orang kaya dengan mudah dicalonkan menjadi anggota DPR/DPRD bukan karena ia layak, tapi semata karena ia kaya. Padahaaaall akk kan udaaa bilang, buanyak orang kaya mendapatkan kekayaannya dari warisan, atoo dari sumber-sumber lain yang tak menuntut kecerdasan.
Makanyaaa kita perlu menerapkan paradigma “belum tentu” di dalam melihat orang kaya. Kita perlu berhenti mendewakan orang kaya, karena mereka belum tentu benar, dan pendapat mereka belum tentu berisi. Orang kaya adalah manusia, dan manusia bisa salah, maka orang kaya pun bisa salah. Kita gaboleh tertipu.Orang kaya juga belum tentu berhati baik.Di Indonesia nihhh ... #ahhh lagoi lagii nyetusin kekurangan negara sendiri.. maapp bukannya saya tidak menCINTAI negara sayaaa,, tapiii emang gini kenyataanyaaa#orang kaya ittuu , terutama ketika menyumbang, langsung dianggap orang baik. Berbagai cap positif ditempelkan ke mereka secara naif, apalagi jika yang memuji terciprat harta dari si kaya. Uang yang berlimpah menutupi sikap kritis. Orang lalu buta terhadap si kaya, ketika ia dilumuri oleh harta berlimpah. “Maju tak gentar membela yang bayar”, kek gituuu semboyan mereka.
perlu banget laahh menerapkan paradigma “belum tentu” di dalam menghubungkan antara kekayaan dan kebaikan. Orang kaya belum tentu baik, walopun ia tampaknya baik dengan menyumbang banyak orang. Kita tidak boleh tertipu, walaupun diiming-imingi harta berlimpah.
trusss kaloo diliatt darii segi religinyaaa yaaa..
Orang beragama juga belum tentu baik. sapa tauu kedok agamanya cuma dipakee nutupin kejahatan yang telah ia lakukan.di indonesiaaaa orang beragama ituu pasti dianggap bermoral baik. Makanya orang takut kaloo mereka gaaak beragama. Institusi-institusi tertentu sering menggunakan nama agama tertentu, walopunn isinya jauh dari hal-hal baik. Agama disamakan begitu saja dengan kebaikan, tanpa pernah secara kritis dipertimbangkan.
dari sinii Kita juga harus menerapkan paradigma “belum tentu” di dalam menghubungkan antara status beragama dengan sifat baik. Jelas sekali bahwa orang beragama, serajin apapun dia beribadah, belum tentu adalah orang baik. Kita gaboleh tertipu dengan slogan-slogan religius, jubah-jubah yang tampak suci, gelar-gelar religius, dan keahlian mengutip kitab-kitab, melainkan berani belajar untuk melihat apa yang ada di baliknya.Orang bergelar akademik panjang, kek professor doktor, belum tentu orang cerdas. Seringkali mereka adalah orang-orang yang bekerja sebagai dosen puluhan tahun, tapii gak menghasilkan karya-karya bermutu yang mencerahkan masyarakat di bidang keahliannya.#semoga saya tidak termasuk ddalamnyaaa yaaa. amin amin#
Dengan kata lain gelar akademik seringkali adalah gelar formalitas yang tak selalu mencerminkan kecerdasan orang-orang yang memakainya.Di Indonesia gelar adalah segalanya. Semakin banyak gelarnya maka ia akan semakin dianggap jenius oleh lingkungannya. Omongannya tetap didengarkan dengan penuh kagum, walaupun mungkin tak ada isinya. Gelar dipampang di forum-forum publik, seolah tak percaya diri dengan nama yang telah diberikan orang tuanya.Orang bergelar panjang “belum tentu” cerdas dan bermoral baik.
Paradigma “belum tentu” pun perlu kita terapkan di dalam memandang orang-orang bergelar panjang. Kita gaboleh tertipu oleh kedok gelar yang dikenakan seseorang, dan perlu untuk sungguh belajar melihat apa yang sungguh ada di baliknya.
buanyak lahhh litani "belom tentu" dalam hidop kita. orang miskin juga gatentu bodoo. orang miskin belom tentu gabahagia. sapa tauuu ia miskin gara gara ditipu orang. atooo gara gara dipermainkan sama kehidupan. Bisa saja ia miskin, karena ia bahagia dengan kesederhanaan hidup, dan tak mau menjadi budak materi. Ada banyak kemungkinan laaahh..Orang tua belum tentu bijaksana, karena bisa saja ia jarang menimba pelajaran dari pengalaman hidupnya.
Orang muda belum tentu tidak tahu apa-apa, karena bisa saja ia amat reflektif di dalam menggali pelajaran dari pengalaman hidupnya. Ada banyak kemungkinan.Orang yang berperilaku tidak lazim belum tentu sakit, atau gila. Bisa saja karena ia adalah orang yang amat kreatif, yang mampu melihat dunia dari sudut yang unik, yang tak dimiliki oleh orang-orang lainnya. Begitu pula sebaliknya; orang waras belum tentu sehat. Bisa saja ia menutupi kegilaannya dengan perilaku normal. Mayoritas pembunuh dan pemerkosa berantai adalah orang-orang yang sehari-harinya tampak normal.
Orang muda belum tentu tidak tahu apa-apa, karena bisa saja ia amat reflektif di dalam menggali pelajaran dari pengalaman hidupnya. Ada banyak kemungkinan.Orang yang berperilaku tidak lazim belum tentu sakit, atau gila. Bisa saja karena ia adalah orang yang amat kreatif, yang mampu melihat dunia dari sudut yang unik, yang tak dimiliki oleh orang-orang lainnya. Begitu pula sebaliknya; orang waras belum tentu sehat. Bisa saja ia menutupi kegilaannya dengan perilaku normal. Mayoritas pembunuh dan pemerkosa berantai adalah orang-orang yang sehari-harinya tampak normal.
Institusi ternama belum tentu bermutu. Sekolah terkenal belum tentu kualitas pendidikannya bagus.
Universitas besar belum tentu mampu mendidik secara tepat. Perusahaan besar belum tentu memberikan kepuasan dan kebahagiaan pada pegawai maupun konsumennya. Ada banyak kemungkinan lain yang harus kita pertimbangkan lebih jauh.Orang berjenggot, bersorban, dan tampak ganas belum tentu teroris. Begitu pula orang berpenampilan rapih belum tentu orang baik. Orang Batak (maaf) belum tentu jadi pengacara. Orang Tionghoa (maaf) belum tentu jadi pedagang. Ada banyak kemungkinan lain yang harus kita perhatikan.Orang berijazah belum tentu mampu mampu bekerja dan punya karakter bagus. Dan sebaliknya juga benar, orang yang tak punya ijazah belum tentu tak mampu bekerja dan berkarakter jelek. Hasil ujian belum tentu mencerminkan kualitas diri peserta didik. Hasil psikotes belum tentu mencerminkan karakter, kepribadian, ataupun potensi diri si peserta tes.
Ada banyak kemungkinan lain.
Universitas besar belum tentu mampu mendidik secara tepat. Perusahaan besar belum tentu memberikan kepuasan dan kebahagiaan pada pegawai maupun konsumennya. Ada banyak kemungkinan lain yang harus kita pertimbangkan lebih jauh.Orang berjenggot, bersorban, dan tampak ganas belum tentu teroris. Begitu pula orang berpenampilan rapih belum tentu orang baik. Orang Batak (maaf) belum tentu jadi pengacara. Orang Tionghoa (maaf) belum tentu jadi pedagang. Ada banyak kemungkinan lain yang harus kita perhatikan.Orang berijazah belum tentu mampu mampu bekerja dan punya karakter bagus. Dan sebaliknya juga benar, orang yang tak punya ijazah belum tentu tak mampu bekerja dan berkarakter jelek. Hasil ujian belum tentu mencerminkan kualitas diri peserta didik. Hasil psikotes belum tentu mencerminkan karakter, kepribadian, ataupun potensi diri si peserta tes.
Ada banyak kemungkinan lain.
Mangkanyaaa Di tahun 2012 ini, kita perlu lebih berpikir terbuka. Kita perlu untuk lebih menggunakan paradigma “belum tentu” di dalam hidup sehari-hari kita. Semakin banyak orang tidak bisa lagi digolongkan di dalam satu kategori pengandaian (beragama maka baik, atau sopan maka bermoral). Dunia kita semakin banyak diisi oleh hal-hal yang “belum tentu”.Jangan sampai kita tertipu, atau salah membuat tindakan, karena kita masih berpegang pada pengandaian-pengandaian naif yang tak terbuktikan. Ada banyak kemungkinan lain di balik pengandaian-pengandaian tersebut, yang justru merupakan peluang untuk bertindak kreatif dan menghasilkan hal-hal bermutu. Tahun 2012 adalah tahun baru, namun “belum tentu” kita semua bisa berpikir secara baru.#tapii moga aja anggapan terakhir saya ini juga gabenarrr.
"BELOM TENTU ^^"



0 komentar:
Posting Komentar